TRAMADOL
Deskripsi:
Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat. Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem syaraf pusat sehingga memblok sensasi rasa nyeri dan respon terhadap nyeri. Disamping itu tramadol menghambat pelepasan neurotransmitter dari syaraf aferen yang sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat.
Komposisi:
Tiap kapsul mengandung 50 mg tramadol hydrochloride.
Indikasi:
Efektif untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, termasuk nyeri pasca pembedahan, nyeri akibat tindakan diagnostik.
Dosis:
Terapi oral
Dewasa dan anak di atas 14 tahun.
Dosis umum:
dosis tunggal 50 mg. Dosis tersebut biasanya cukup untuk meredakan nyeri, apabila masih terasa nyeri dapat ditambahkan 50 mg setelah selang waktu 30 – 60 menit.
Dosis maksimum:
400 mg sehari.
Dosis sangat tergantung pada intensitas rasa nyeri yang diderita.
Penderita gangguan hati dan ginjal dengan klirens kreatinin < 30 ml/menit:
50 – 100 mg setiap 12 jam, maksimum 200 mg sehari.
Terapi parenteral
Dosis yang diberikan sebaiknya disesuaikan dengan intensitas rasa nyeri. Bila tidak ada petunjuk lain dari dokter, dosis yang diberikan adalah sebagai berikut :
Dewasa atau anak di atas 14 tahun :
i.v.: 100 mg (1 ampul), diinjeksikan secara lambat atau dilarutkan dalam larutan infus, kemudian diinfuskan.
i.m.: 100 mg (1 ampul)
subkutan: 100 mg (1 ampul)
Dosis tersebut biasanya cukup untuk meredakan nyeri. Bila masih terasa nyeri, dapat ditambahkan 1 kapsul tramadol 50 mg atau 50 mg tramadol injeksi (1 ml) setelah selang waktu 30 – 60 menit. Pada penderita gangguan fungsi hati atau ginjal, perlu dilakukan penyesuaian dosis. Dosis maksimum 400 mg/sehari.
UTEROTONIK
GOLONGAN GENERIK
1. Metilergometrin maleat.
INDIKASI
Penanganan aktif stadium ke-3 proses kelahiran, atonia (tidak adanya tegangan atau kekuatan otot)/perdarahan rahim, perdarahan dalam masa nifas, subinvolusi (mengecilnya kembali rahim sesudah persalinan hampir seperti bentuk asal), lokiometra (pembendungan getah nifas di dalam rongga rahim).
KONTRA INDIKASI
Wanita hamil, belum terjadi penurunan kepala tetapi persalinan telah memasuki stadium pertama dan kedua, hipertensi berat, toksemia hipertensif, penyakit sumbatan pembuluh darah, sepsis (reaksi umum disertai demam karena kegiatan bakteri, zat-zat yang dihasilkan bakteri, atau kedua-duanya), hipersensitifitas.
Gangguan fungsi hati atau ginjal.
PERHATIAN
Jangan diberikan dalam presentasi abnormal, sebelum proses kelahiran sempurna & pada kehamilan multipel/ganda sebelum anak terakhir dilahirkan, penanganan aktif stadium ke-3 persalinan yang membutuhkan pengawasan dokter kebidanan, suntikan intravena harus diberikan secara perlahan, lebih dari 60 detik.
Hipertensi, gangguan fungsi hati atau ginjal, menyusui.
Interaksi obat :
mempertinggi efek vasokonstriktor simpatomimetik atau Ergotamin.
EFEK SAMPING
Nyeri perut, gangguan saluran pencernaan, berkeringat, pusing, sakit kepala, erupsi kulit.
Jarang : hipertensi, bradikardia atau takhikardia, nyeri dada, reaksi vasospastik perifer.
Sangat jarang : reaksi anafilaktik.
KEMASAN
Tablet salut film 125 mcg x 10 x 10 biji
DOSIS
# | Penanganan aktif stadium ke-3 proses kelahiran : 0,1-0,2 mg secara intravena lambat. |
# | Atonia/perdarahan rahim : 0,2 mg secara intramuskular atau 0,1-0,2 mg secara intravena. Dapat diulangi dengan jarak waktu 2 jam atau lebih. |
# | Perdarahan dalam masa nifas, subinvolusi, lokiometra : 0,1-0,2 mg secara subkutan atau intramuskular, sampai dengan 3 kali sehari, pada wanita menyusui : selama 3 hari atau kurang. |
PENYAJIAN
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan
Duvadilan ® [tab]
komposisi
Isoxsuprine HCl
Indikasi
Gangguan sirkulasi perifer akibat kejang, dingin, kaku, kejang, iskemia, diabetes ulkus.
Dosis
Tab 1 tab 3-4 kali setiap hari. 1 amp amp 3 kali sehari.
Administrasi
Harus diambil dengan makanan (Ambil setelah makan untuk mengurangi ketidaknyamanan GI.).
Kontraindikasi
Baru pendarahan otak.
Adverse Drug Reactions
Occasional sementara palpitasi, jatuh di BP atau pusing (mengurangi dosis).
Kehamilan Kategori (US FDA)
Kategori C: Entah studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenic
atau embryocidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita atau studi pada
wanita dan hewan tidak tersedia. Obat harus diberikan hanya jika manfaat potensial
membenarkan potensi risiko terhadap janin.
Packing
Duvadilan tablet
Duvadilan 20 mg x 50's
METHERGIN
komposisi
Metilergometrin hidrogen maleat.
INDIKASI
Penanganan aktif stadium ke-3 proses kelahiran, atonia (tidak adanya tegangan atau kekuatan otot)/perdarahan
rahim, perdarahan dalam masa nifas, subinvolusi (mengecilnya kembali rahim sesudah persalinan hampir seperti bentuk asal), lokiometra (pembendungan getah nifas di dalam rongga rahim).
KONTRA INDIKASI
Wanita hamil, belum terjadi penurunan kepala tetapi persalinan telah memasuki stadium pertama dan kedua, hipertensi berat, toksemia hipertensif, penyakit sumbatan pembuluh darah, sepsis (reaksi umum disertai demam karena kegiatan bakteri, zat-zat yang dihasilkan bakteri, atau kedua-duanya), hipersensitifitas.
Gangguan fungsi hati atau ginjal.
PERHATIAN
Jangan diberikan dalam presentasi abnormal, sebelum proses kelahiran sempurna & pada kehamilan multipel/ganda sebelum anak terakhir dilahirkan, penanganan aktif stadium ke-3 persalinan yang membutuhkan pengawasan dokter kebidanan, suntikan intravena harus diberikan secara perlahan, lebih dari 60 detik.
Hipertensi, gangguan fungsi hati atau ginjal, menyusui.
Interaksi obat
mempertinggi efek vasokonstriktor simpatomimetik atau Ergotamin.
EFEK SAMPING
Nyeri perut, gangguan saluran pencernaan, berkeringat, pusing, sakit kepala, erupsi kulit.
Jarang : hipertensi, bradikardia atau takhikardia, nyeri dada, reaksi vasospastik perifer.
Sangat jarang : reaksi anafilaktik.
KEMASAN
Tablet salut gula 0,125 mg x 10 x 10 biji.
DOSIS
Perdarahan dalam masa nifas, subinvolusi, lokiometra : 0,125-0,25 mg.
OXYTOCINS
GOLONGAN
GENERIK
Oxytocin / Oksitosin sintetik (bebas Vasopressin).
INDIKASI
Pada persalinan normal & pada pasien dimana peningkatan tekanan darah selanjutnya harus dihindari.
KONTRA INDIKASI
# | Plasenta lepas, ketidakseimbangan sefalopelvik, pola persalinan hipertonik. |
# | Toksemia berat, plasenta previa (uri yang melekat pada segmen bawah rahim sehingga menutupi mulut rahim), kelemahan his rahim terprotraksi, kecenderungan rahim robek. |
# | Induksi sebelum kepala masuk ke pintu panggul atas, malposisi janin, kelainan janin. |
PERHATIAN
# | Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah). |
# | Oksitosin harus diinfuskan secara perlahan. |
# | Dua rute pemberian secara berkesinambungan. |
Interaksi obat : | estrogen, progesteron, zat-zat penekan. |
EFEK SAMPING
# | Kontraksi uterus yang kuat menyebabkan rahim robek & laserasi luas pada jaringan lunak. |
# | Hipertensi berat, perdarahan, hipofibrinogenemia fatal. |
# | Intoksikasi air (pada dosis besar atau pemakaian jangka panjang). |
# | Reaksi anafilaktik, hematoma panggul, gangguan saluran pencernaan. |
# | Aritmia janin, sekit kuning, perdarahan retina. |
KEMASAN
Ampul 10 iu/mL x 1 mL x 100 biji.
POSPARGIN
GOLONGAN
GENERIK
Metilergometrin maleat.
INDIKASI
Penanganan aktif stadium ke-3 proses kelahiran, atonia (tidak adanya tegangan atau kekuatan otot)/perdarahan rahim, perdarahan dalam masa nifas, subinvolusi (mengecilnya kembali rahim sesudah persalinan hampir seperti bentuk asal), lokiometra (pembendungan getah nifas di dalam rongga rahim).
KONTRA INDIKASI
Wanita hamil, belum terjadi penurunan kepala tetapi persalinan telah memasuki stadium pertama dan kedua, hipertensi berat, toksemia hipertensif, penyakit sumbatan pembuluh darah, sepsis (reaksi umum disertai demam karena kegiatan bakteri, zat-zat yang dihasilkan bakteri, atau kedua-duanya), hipersensitifitas.
Gangguan fungsi hati atau ginjal.
PERHATIAN
Jangan diberikan dalam presentasi abnormal, sebelum proses kelahiran sempurna & pada kehamilan multipel/ganda sebelum anak terakhir dilahirkan, penanganan aktif stadium ke-3 persalinan yang membutuhkan pengawasan dokter kebidanan, suntikan intravena harus diberikan secara perlahan, lebih dari 60 detik.
Hipertensi, gangguan fungsi hati atau ginjal, menyusui.
Interaksi obat : mempertinggi efek vasokonstriktor simpatomimetik atau Ergotamin.
EFEK SAMPING
Nyeri perut, gangguan saluran pencernaan, berkeringat, pusing, sakit kepala, erupsi kulit.
Jarang : hipertensi, bradikardia atau takhikardia, nyeri dada, reaksi vasospastik perifer.
Sangat jarang : reaksi anafilaktik.
KEMASAN
Tablet salut film 0.125 mg x 100 biji.
DOSIS
# Penanganan aktif stadium ke-3 proses kelahiran : 0,1-0,2 mg secara intravena lambat.
# Atonia/perdarahan rahim : 0,2 mg secara intramuskular atau 0,1-0,2 mg secara intravena.
Dapat diulangi dengan jarak waktu 2 jam atau lebih.
# Perdarahan dalam masa nifas, subinvolusi, lokiometra : 0,1-0,2 mg secara subkutan atau intramuskular, sampai dengan 3 kali sehari, pada wanita menyusui : selama 3 hari atau kurang.
MUAL, MUNTAH
Mual dan muntah bisa jadi menunjukan beberapa kondisi, maka amat penting untuk menentukan penyebab sebelum memutuskan penggunaan obat yang tepat.
Mual dan muntah sering sekali dilontarkan pasien dengan latar belakang penyakit yang berbeda.
Penyebab mual dan muntah bisa jadi sangat sederhana, seperti berputar terlalu cepat saat naik mesin di taman hiburan. Tetapi, mual muntah bisa juga merupakan gejala suatu penyakit yang lebih serius, atau karena efek pemberian obat-obatan tertentu. Jadi mual muntah bisa berdiri sendiri sebagai hal yang independen, namun umumnya dibicarakan bersama-sama dengan kondisi lain.
Mual dan muntah banyak dikaitkan dengan ganguan organik dan fungsional. Kondisi darurat di rongga perut seperti apendikitis kut, kolesistitis, gangguan di saluran intestinal, atau peritonitis juga bisa menyebabkan mual dan muntah. Infeksi virus, bakteri, dan parasit lain di saluran pencernaan secara tipikal menyebabkan mual dan mmuntah dengan derajat berat. Satu dari begutu banyak penyebab muntah pada anak adalah gastroenteritis yang disebabkan rotavirus.
Tipe lain dari kondisi mual dan muntah adalah yang disebut mual dan muntah yang bisa diantisipasi atau anticipatory nausea and vomiting. Mual dan muntah jenis ini disebabkan karena pemberian obat-obat kemoterapi atau akibat kecemasan yang timbul karena tindakan tersebut. Kebanyakan pasien menunjukkan dua-duanya, baik karena obatnya dan juga kecemasan akibat efek kemoterapi. Data dari Support Care Cancer tahun 1998 menunjukkan mual atau Anticipatory nausea (AN) dialami oleh sekitar 29% pasien yang menjalani kemoterapi atau 1:3. Sedangkan muntah (anticipatory vomitting/AV) terjadi pada 11% pasien atau 1:10.
Mual dan muntah juga bisa dikeluhkan pasien sesudah menjalani operasi. Data dari World Federation of Societies of Anaesthesiologists 2003 menyebutkan Postoperative nausea and vomiting (PONV) merupakan kejadian yang tidak diinginkan (adverse events0 yang paling sering terjadi setelah tindakan pembedahan. Kasusnya mencapai 60-70% jika menggunakan agen anastesi lama, dibandingkan 30% dengan penggunaan obat anastesi yang relatif baru.
Gejala yang sama juga banyak ditemukan pada kehamilan. Bahkan kasusnya relatif tinggi. Rasa mual menimpa 75-85% perempuan hamil, dan 50% diikuti muntah.
Karena cukup menganggu dan menurunkan aktivitas harian penderita, maka tujuan terapi untuk mual dan muntah adalah mencegah atau menghilangkannya. Tetapi pendekatan terapi sangat tergantung pada kondisi medis masing-masing pasien. Untuk mual dan muntah ringan, bisa diatasi dengan obat-obat bebas atau bisa dilakukan pendekatan non farmakologi.
Tetapi karena gejala mual dan muntah bisa jadi merepresentasikan beberapa kondisi, maka amat penting untuk menentukan penyebab sebelum memutuskan penggunaan obat yang tepat.
Tujuan keseluruhan dari terapi antiemetik adalah untuk mencegah atau menghilangkan mual dan muntah, seharusnya tanpa menimbulkan efek samping. Terapi antiemetik diindikasikan untuk pasien dengan gangguan elektrolit akibat sekunder dari muntah, anoreksia berat, memburuknya status gizi atau kehilangan berat badan.
Obat-obat yang tersedia bebas misalnya antasid, histamine 2 antagonis seperti simetidin, famotidin, dan ranitidine. Obat-obat kelompok antihistimine-antikolinergik seperti meclizine, cyclizine, dimenhidrinat, dan difenhidramin, serta cairan fosforilat karbohidrat. Sedangkan obat anti mual muntah yang bisa didapatkan dengan resep antara lain antihistamin-antikolinergik dan fenotiazine. Kedua jenis obat ini umumnya efektif, meskipun dalam dosis dan frekuensi pemberian yang kecil. Untuk kasus yang lebih rumit, disarankan mengkombinasikan obat.
Obat-obat anti muntah (antiemesis) untuk pasien kanker yang menerima obat kemoterapi harus diberikan sebelum, selama dan sesudah kemoterapi. Obat-obat yang digunakan untuk mengatasi efek samping kemoterapi, dalam hal ini mual dan muntah, adalah proklorperazine saja atau dikombinasikan dengan lorazepam; granisetron, ondansetron, atau dolasetron yang merupakan obat golongan 5-HT3 receptor antagonis. Obat ini bekerja dengan menghambat aksi serotonin, yang merupakan substansi alamiah penyebab mual dan muntah. Salah satu dari obat golongan antagonis reseptor 5-HT3 tersebut juga bisa dikombinasikan dengan deksametason atau metilprednisolon.